Sosial Media, RANCAH POST – Cerita mistis terkait ‘KKN di Desa Penari‘ tengah viral dan jadi perbincangan hangat di jagat maya. Lokasi cerita horor tersebut diduga terjadi di Banyuwangi, namun Kepala Desa memberikan penjelasan dan membantah hal tersebut terjadi di desanya.
Dikutip dari Detik News, seperti yang telah diceritakan akun Twitter @SimpleM81378523, cerita itu berawal dari enam mahasiswa-mahasiswi menggelar KKN di Kota B, Jawa Timur pada 2009 akhir.
Mereka merupakan mahasiswa-mahasiswi angkatan 2005/2006 dari sebuah fakultas perguruan tinggi di Kota S.
Enam calon sarjana yang menggelar KKN tersebut yakni Ayu, Nur, Widya, Wahyu, Anton, dan Bima. Untuk menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang telah disusun.
Ayu berpasangan dengan Bima. Kemudian Wahyu dengan Widya dan Nur dengan Anton.
Mereka menempuh 4 sampai 5 jam perjalanan dari Kota S. Sebelum berangkat, Widya bercerita kepada sang ibu mengenai sebuah desa yang akan menjadi tempat mereka KKN selama enam minggu. Seketika raut wajah sang ibu langsung menunjukkan kekhawatiran yang amat sangat.
“Gak onok nggon liyo, lapo kudu gok Kota B. Nggok kunu nggone alas tok, ra umum di nggoni gawe menungso (Apa gak ada tempat lain, kenapa harus Kota B, di sana tempatnya bukanya hutan semua, tidak bagus ditinggali oleh manusia),” tulis SimpleMan.
Dari jalan besar, mereka pun melewati hutan belantara untuk sampai ke desa tujuan yakni Desa W. Mereka dijemput warga desa dengan menggunakan motor.
“Kenalno, niki Pak Prabu. Kepala Desanya. Koncone Mas ku. Pak Prabu, niki rencang kulo yang dari Kota S, mau melaksanakan kegiatan KKN di kampung panjenengan,” (Kenalkan, ini Pak Prabu, Kepala Desa teman kakakku. Pak Prabu, ini teman saya yang dari kota yang rencananya mau KKN,” kata Ayu.
Singkat cerita, segudang hal berbau mistis yang ada di desa tersebut justru berujung tragedi setelah dua orang di antara mereka melakukan pelanggaran.
Ayu, Bima dan Widya terlibat dalam sebuah cinta segitiga yang rumit. Hingga akhirnya Bima dan Ayu melakukan sebuah hubungan terlarang meski sebenarnya dalam lubuk hati Bima hanya ingin memiliki Widya.
Tidak sampai di situ saja, Bima juga berusaha memelet Widya dengan sebuah gelang yang didapatnya dari sosok perempuan atau makhluk astral yang berwujud seorang penari cantik yang tinggal di sebuah lereng petilasan.
Sedangkan Ayu sendiri menyimpan kain selendang sang penari yang berwarna hijau agar bisa memikat hati Bima.
Tabir kegelapan di kampung tersebut perlahan terbongkar setelah Bima dan Widya tiba-tiba hilang. Sedangkan Ayu tak sadarkan diri.
Pak Prabu menyesal telah memberikan izin setelah Nur menceritakan apa yang dilakukan Bima dan Ayu selama di desa tersebut.
Terlebih menurut Prabu, Ayu dan Bima juga telah lancang memilih tempat untuk menjalankan program kerjanya. Yakni di sebuah lereng yang dikeramatkan warga desa.
Tepat di samping lereng ada tapak tilas. Tempat penduduk Desa W mengadakan pertunjukan tari. Bukan untuk manusia namun untuk jin hutan.
Dengan bantuan tetua desa setempat, bernama Mbah buyut, Widya dan Bima akhirnya bisa ditemukan. Namun sayang nyawa Bima sudah tidak bisa kembali menyatu dengan tubuhnya.
Ayu juga kemudian meregang nyawa dalam upaya penyembuhan yang mengharuskannya dibawa ke luar Pulau Jawa.
Cerita horor mengenai ‘KKN di Desa Penari’ hingga menjadi trending topic di Twitter dengan tagar #kknpenari.
Terlepas dari viralnya cerita horor tersebut yang diduga terjadi di lokasi Desa Bayu Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Namun, menurut penjelasan dari Kepala Desa setempat dirinya membantah dan sangat menyayangkan desanya malah dikaitkan dengan kisah horor ‘KKN di Desa Penari’
Menurut Kepala Desa Bayu, bernama Sugito, Telaga Rowo Bayu merupakan lokasi yang dianggap sakral oleh masyarakat Banyuwangi saat zaman penjajahan dahulu.
Sugito meyakini wilayah tersebut tidak pernah dijadikan tempat Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada akhir 2009 silam, yakni ‘KKN di Desa Penari’.
BACA JUGA: Di Ciamis, Jembatan Kereta Api Peninggalan Belanda Ini Menyimpan Cerita Mistis
Sugito mengungkap dirinya merasa resah dengan viralnya cerita mistis tersebut. Bahkan dirinya sempat berkeliling untuk melihat dan memastikan bahwa desanya bukanlah lokasi atau latar dari cerita ‘KKN di Desa Penari’.
“Saya keliling. Sampai tanya apa ada Hutan Dadapan hingga cerita mistis tentang siluman ular. Semuanya tidak ada,” jelasnya.