Berita Nasional, RANCAH POST – Cinta pria bernama Ramli (37) dan perempuan bernama Isa (31) tak berakhir bahagia, malah menyisakan duka.
Isa memilih mengakhiri hidup dengan menenggak racun lantaran kekasihnya tak sanggup memenuhi uang panai yang diminta keluarganya.
Ramli dan Isa sudah lama menjalin kasih dan mendapat persetujuan untuk menikah. Akan tetapi, Ramli tak sanggup menyediakan uang mahar sebesar Rp15 juta, ia hanya punya Rp10 juta.
Karena sudah terlanjur cinta dan ingin saling memiliki, Ramli dan Isa memilih kawin lari.
“Kami nekat kawin lari karena saya menginginkan dia, saya sudah berusaha rujuk dengan keluarganya tapi ditolak lantaran uang mahar tidak cukup,” terang Ramli, Senin (8/7/2019).
Isa sendiri ditemukan tak sadarkan diri di rumah Ramli di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Isa meninggal akibat penyakit komplikasi akibat racun yang ditenggaknya sepekan lalu.
“Saya pulang dan mendapati istri sudah tergeletak setelah minum racun. Katanya dia depresi keinginan saya untuk kembali berbaikan dengan keluarganya ditolak karena uang panai tidak cukup,” ucap Ramli.
Setelah kejadian itu, Isa dibawa ke puskesmas setempat dan dirujuk ke RS Padjonga Dg Ngalle di Kabupaten Takalar.
Namun karena Isa dirawat melalui jalur umum karena tak punya BPJS, Isa terpaksa dibawa ke rumah karena Ramli kesulitan dengan biaya perawatan.
“Sempat dirawat tiga hari, tapi minta dipulangkan karena kehabisan biaya. Saya rawat sendiri di rumah,” ungkap Ramli.
Karena keluarga Isa terus mendesak, Ramli akhirnya memulangkan Isa ke rumah orangtuanya.
Penderitaan Ramli tak berhenti sampai di situ, kehadiran dirinya untuk menghadiri pemakaman sang istri seperti sulit diwujudkan karena mendapat penolakan dari keluarga Isa.
Untuk menyelesaikan permasalah ini, Kepala Desa Punagaya Andi Pangerang Mustamu turun tangan.
“Insya Allah akan saya kabulkan keinginannya dan akan kita kawal ke rumah duka, semoga tak ada halangan. Di sini memang budayanya ‘siri’, jadi harus dihormati juga. Hal yang kita sayangkan adalah budaya uang panai yang tidak bijak yang berkembang di masyarakat. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bagi kita,” tutur Andi.