RANCAH POST – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Ustaz Rahmat Baequni bertemu dalam diskusi bersama yang digelar di Bale Asri Pusdai Jabar, Jl. Diponegoro No. 63 Bandung, Senin (10/6/2019).
Selain untuk mempererat ukhuwah islamiyah, diskusi itu juga membahas bentuk segitiga dan lingkaran di dalam masjid yang berada di rest area Tol Cipularang yang tak lain rancangan sang gubernur.
Menurut Ridwan Kamil, tak sedikit desain masjid berbentuk segitiga dan lingkaran. Namun, kenapa hanya desain Masjid Al Safar yang dianggap mengandung simbol dajjal.
Kang Emil pun kemudian memperlihatkan sejumlah desain masjid yang memiliki bentuk segitiga dan lingkaran yang dinggap sebagai simbol iluminati.
Salah satunya adalah Masjid Raya Jakarta. Di dalamnya, terutama pada bagian mihrab, terdapat bentuk segitiga.
“Kenapa Masjid Raya Jakarta tidak heboh? Mungkin karena perancangnya bukan Ridwan Kamil, jadi moal pi viralen,” ujarnya.
Selain itu, Kang Emil juga memperlihatkan simbol segitiga lainnya yang ada di beberapa masjid, seperti di Masjid Al Ukhuwah Wastukencana dan Mihrab Masjid Nabawi.
“Yang paling membuat saya merinding adalah di mihrab Masjid Nabawi. Lihat puncaknya, ada bentuk segitiga dan lingkaran. Apakah itu bagian dari konspirasi? Wallahu a’lam, jangan sampai kita mendahului kebenaran. Kita tabayyun ke pengelola Masjid Nabawi apakah betul? Jangan-jangan sama? Tidak sengaja,” katanya.
Sementara itu diutarakan Ustaz Rahmat Baequni, segitiga merupakan simbol yang digunakan Yahudi dalam berbagai hal.
Segitiga terbalik simbol iblis, sedangkan segitiga ke atas merupakan simbol dajjal. Jika dipertemukan, akan muncul lambang Yahudi yang sekarang jadi bendera Israel.
Ustaz Rahmat Baequni pun mengatakan, dirinya sama sekali tak punya niat untuk menjatuhkan Ridwan Kamil dengan membahas Masjid Al Safar yang kemudian viral tersebut.
Menurutnya, selama ini dia sudah membahas sejumlah simbol yang ada di masjid, tak hanya di Masjid Al Safar saja.
Terkait pemaparan soal desain masjid tersebut, Ustaz Rahmat Baequni menghargai pejelasan Kang Emil.
“Ceramah di mana saja temanya sama, itu untuk mengingatkan umat. Sebab, Yahudi tidak akan berhenti sebelum kita mengikuti mereka. Tak lama lagi mereka akan mencapai yang diinginkannya. Yang mesti dipahami, invasi ideologi masuk ke sejumlah ranah, salah satunya arsitektur,” tuturnya.