RANCAH POST – Ada sejumlah temuan soal kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei silam. Selain mengamankan 6 tersangka, polisi mengungkap adanya perintah pembunuhan.
Keenam tersangka dalam kerusuhan 22 Mei itu disebut polisi memiliki peran yang berbeda, mereka adalah HK alias Iwan, AZ, IF, TJ, AD, dan AF alias Fifi.
“Tanggal 14 Maret, HK menerima uang Rp150 juta dari seseorang, begitu juga dengan TJ yang mendapat Rp25 juta,” tutur Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal.
“Orang yang memberikan uang itu sudah kita ketahui identitasnya dan sedang kita dalami. TJ diminta membunuh dua orang tokoh nasional, identitasnya tidak akan saya sebutkan di depan publik,” imbuh Iqbal, Senin (27/5/2019).
Meski tak diungkap ke publik, baik polisi maupun TNI sudah mengetahui dua tokoh nasional yang jadi sasaran pembunuhan dan mengetahui orang yang memerintahkan pembunuhan tersebut.
Selain dua tokoh tadi, polisi juga mengungkap ada dua tokoh nasional lainnya yang jadi target pembunuhan.
“Tanggal 12 April, HK juga menerima perintah membunuh dua tokoh nasional lainnya. Jadi ada empat orang yang jadi target kelompok tersebut,” kata Iqbal.
Selain keempat tokoh nasional, tersangka kerusuhan 22 Mei juga menerima perintah untuk menghabisi nyawa pimpinan lembaga swasta.
Sementara itu sebagaimana diungkap Menko Polhukam Wiranto, pihaknya sudah mengantongi identitas ‘dalang’ yang memerintahkan pembunuhan tersebut.
Meski demikian, Wiranto meminta untuk menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan kepolisian.
“Dalangnya sudah diketahui, tapi tak bisa saya ungkapkan, tunggu kepolisian saja. Tunggu saja, nanti kan dilakukan pemeriksaan,” ujar Wiranto, Selasa (28/5/2019).
Menurut Wiranto, upaya untuk menghabisi nyawa pejabat negara selalu ada. Namun ia bersyukur aparat bisa dengan segera mengantisipasinya.
“Sejak dulu, rencana untuk membunuh pejabat selalu ada. Untung keamanan kita sigap, sekarang sudah diringkus,” kata Wiranto.
“Pemasok senjata, penjual senjata, yang memberi perintah, eksekutornya, kita tangkap. Tinggal kita tunggu saja pemeriksaan kepolisian,” tukas Wiranto.