RANCAH POST – Hago meminta maaf kepada guru, karena video iklan yang sempat viral baru-baru ini, melalui pertemuan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada Kamis (16/5) dan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) pada Jumat (17/5).
Konten viral tersebut sudah tidak lagi tayang dan dihapus dari seluruh kanal televisi dan kanal resmi Hago sejak Senin, 13 Mei 2019.
“Kami berniat menggambarkan pengalaman sosial yang menyenangkan dengan bermain game. Namun kami sadar, bahwa pesan tersebut tidak tersampaikan dengan baik,” kata Valen Fan, Hago Country Manager, Indonesia.
“Berbagai proses yang terkait dengan proses evaluasi konten di dalam perusahaan sudah kami evaluasi dan akan kami perbaiki. Kami berkomitmen untuk menciptakan pengalaman yang lebih baik dan mendidik, melalui beberapa saran serta masukan dari pihak-pihak institusi masyarakat, dimulai dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud RI), Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat), Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), dan asosiasi-asosiasi guru di Indonesia,” lanjut Valen.
Setelah pertemuan tersebut, Hago Indonesia, Kemendikbud RI, KPI Pusat, dan Asosiasi Guru Sejarah Indonesia sepakat mengimbau publik untuk tidak membagikan video iklan guru Hago.
“Kami mengimbau masyarakat untuk berhenti menyebarkan konten iklan yang dapat menyakiti perasaan ataupun membuat para guru tidak nyaman tersebut,” kata Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud RI, Ahmad Mahendra.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menegaskan bahwa Guru adalah profesi yang mulia, dan dilindungi Undang-Undang.
Pemerintah berkewajiban melindungi profesi guru sebagai pendidik dalam menjalankan tugas, serta harkat dan martabatnya.
Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 10 tahun 2017 tentang Perlindungan Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Lebih lanjut, Plt. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud RI menekankan bahwa kejadian tersebut harus menjadi pembelajaran bagi publik, perusahaan, dan pembuat konten, untuk lebih peduli dan sensitif dalam penggambaran guru ataupun sistem pendidikan.
“Guru adalah panutan bagi generasi mendatang,” pungkasnya.
“KPI Pusat mengapresiasi langkah hago yang berkunjung dan menyampaikan permintaan maaf secara langsung. KPI juga telah memberi masukan yang diterima oleh pihak Hago Indonesia, agar kedepannya Hago Indonesia dapat menyajikan konten yang menarik namun tetap mendidik,” kata Yuliandre Darwis, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat.
Ke depannya, Hago Indonesia berkomitmen untuk membuat konten edukatif yang dapat membantu para pengguna dan departemen pendidikan Indonesia.
Di era teknologi ini, Hago Indonesia percaya bahwa online gaming bisa menjadi salah satu sarana belajar yang dapat membantu sistem edukasi dan program kurikulum bangsa.
1 Komentar
Patah memang, semakin kesini hago makin alay, dan makin kacau. Tidak patut untuk di instal aplikasinya.