RANCAH POST -Kabar mengejutkan datang dari Pameungpeuk Garut, seorang marbot (penjaga masjid) dikabarkan dianiaya orang tak dikenal.
Menurut polisi, berita penganiayaan marbot masjid di Garut tersebut adalah hoaks alias berita bohong.
Hal ini sebagaimana diutarakan Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Jabar Kombes Umar Surya Fana.
“Berita itu bohong, korban mengaku bahwa kejadian itu merupakan rekayasa dirinya sendiri,” ujar Umar, Rabu (28/2/2018).
Menurut Umar, berita hoaks penganiayaan penjaga masjid tersebut sempat diposting sejumlah netizen sehingga viral.
Peristiwa rekayasa penganiayaan marbot di Garut itu bermula pada Rabu (28/2/2018) dini hari sekitar pukul 04.20 WIB.
Uyu Ruhyana, sang marbot Masjid Al-Istiqomah Jalan Kaum Tengah, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, diduga diserang orang tak dikenal.
Kejadian itu pertama kali diketahui oleh saksi Agus dan Dedeh yang hendak melaksanakan shalat Subuh.
Ketika saksi masuk ke masjid dan menyalakan lampu, keduanya mendapati Uyu dalam kondisi tangan terikat mukena, mulut tertutup sorban, kopiah sobek, kaki terikat mukena, dan kursi patah.
Mendapati kejadian tersebut, Uyu pun dibawa ke Puskesmas Pameungpeuk.
Polisi yang mendapat laporan soal dugaan penganiayaan marbot masjid di Pameungpeuk kemudian mendatangi lokasi dan melakukan olah TKP pada siang hari sekitar pukul 11.45 WIB.
Hasilnya, tidak ditemukan luka pada tubuh Uyu. “Korban mengaku dibacok, tapi pada tubuh korban tidak ditemukan luka sama sekali,” kata Umar.
Diterangkan Umar, pada pukul 04.20 WIB, Polsek Pameungpeuk pun melakukan patroli ke TKP. Namun Polsek Pameungpeuk tidak mendapati adanya seseorang di sekitar masjid atau mendengar suara dari dalam masjid.
Bukan itu saja, di lokasi diduga penganiayaan marbot di garut, polisi tidak mendapati adanya kendaraan, baik roda empat maupun roda dua.
“Ada robekan pada baju Uyu, tapi itu bukan akibat sabetan senjata tajam, tapi robekan yang disengaja,” ucap Umar.
Setelah diperiksa, Uyu mengaku bahwa kasus penganiayaan marbot di Garut itu merupakan hasil rekayasa dirinya. Motifnya masalah ekonomi lantaran Uyu sebagai marbot merasa tak diperhatikan.
BACA JUGA: Buntut Penganiayaan Ulama di Jawa Barat, Kapolda Perintahkan Polisi Ikut Berjamaah Subuh
“Sementara disimpulkan kejadian itu merupakan rekayasa. Motifnya ekonomi karena selaku marbot Uyu merasa tidak ada yang memperhatikan dan penghasilannya hanya Rp125 ribu per bulan,” tandas Umar.