BERITA TASIKMALAYA, RANCAH POST – Seorang ustadz di Tasikmalaya bernama Mastur Turmudi (60) dikabarkan dianiaya dua orang berpenutup muka.
Mastur yang berasal dari Kampung Awiluar, Kelurahan Singkup, Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat dianiaya saat hendak berangkat memimpin tahlil.
Penganiayaan ustadz di Tasikmalaya itu terjadi pada Minggu (25/2/2018) malam kemarin.
Berdasarkan penuturan Mastur, insiden tersebut terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu, guru ngaji di Tasikmalaya itu hendak berangkat ke rumah tetangganya guna memimpin tahlilan.
Namun dalam perjalanannya, ustadz di Tasikmalaya itu diberhentikan oleh dua orang yang memakai penutup muka berwarna hitam.
Satu orang meminta Mastur berhenti lantaran ada hal yang hendak dirundingkan. Namun Mastur menolak karena sudah ditunggu untuk tahlilan.
“Jika memang ada keperluan, nanti saja setelah tahlil, itu yang saya katakan kepada mereka,” ujar Mastur, dilansir Pikiran Rakyat, Senin (26/2/2018).
Permintaannya tak dituruti, pelaku lantas menarik sorban ustadz di Tasikmalaya sehingga kesulitan bernafas.
Mastur sempat melawan. Namun karena kalah jumlah, Mastur kemudian berlari menuju tempat tahlilan dengan luka lebam pada pipi.
Mastur kemudian menceritakan kejadian yang dialaminya selepas tahlil.
Dikatakan tokoh masyarakat Kampung Awiluar, Dedi Jalal, Mastur yang tak lain saudaranya itu kemudian dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan.
Penyerangan ustaz di Tasikmalaya itu, ujar Dedi, cukup membuat geger warga setempat. Oleh karenanya, ia meminta kepolisian dan warga melakukan pengawasasan.
“Untuk motifnya kami tidak tahu. Pelakunya pekai penutup muka dan tidak sempat kami kejar,” terang Dedi.
Kepada Pemerintah Kota Tasikmalaya dan Polresta Tasikmalaya, Dedi pun berharap mereka mengeluarkan perintah untuk mengawal masjid dan rumah pemuka agama.
BACA JUGA: Pesantren Cipasung Tasikmalaya Didatangi Penderita Gangguan Jiwa, Ingin Bunuh Ulama?
“Semuanya kami mohon untuk siaga, bukan polisi saja. Kejadian ini masih bisa dibendung karena bukan ulama besar yang jadi korbannya, kalau ulama besar riskan juga,” tukas dia.