RANCAH POST – Semarang memiliki identitas sebagai kota multietnis yang dihuni mayoritas oleh warga Jawa, Tionghoa, serta Arab. Kondisi tersebut pun bisa terlihat secara langsung dalam budaya warga Kota Semarang. Salah satunya adalah Warak Ngendog yang memiliki bentuk mirip seperti barongsai dari Tiongkok. Keberadaannya pun sudah diketahui dari zaman dulu dan hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Warak Ngendog berupa sebuah boneka binatang rekaan. Bagian kepalanya menyerupai naga yang merupakan representasi budaya Tionghoa. Sementara itu bagian badan punya bentuk seperti buroq yang mewakili budaya Arab. Terakhir, Warak Ngendog ini memiliki 4 kaki seperti kambing yang digambarkan perwakilan sebagai budaya Jawa.
Hanya saja, tidak ada catatan pasti mengenai asal-usul Warak Ngendog. Demikian pula mengenai sosok yang menginspirasi desain pembuatan boneka binatang rekaan ini. Konon, keberadaan Warak Ngendog ini sudah diketahui oleh warga sejak Kota Semarang berdiri, pada masa kepemimpinan bupati Semarang pertama, yakni Raden Pandanaran yang memiliki nama asli Ki Ageng Pandan Arang.
Oleh Raden Pandanarang, Warak Ngendog digunakan sebagai sarana dakwah agama Islam di tanah Semarang. Saat ini, Warak Ngendog biasa hadir dalam setiap perayaan Dugderan. Warga Kota Semarang mengadakan perayaan ini secara rutin setap awal bulan Ramadan. Perayaan ini dilakukan dengan berbagai jenis kegiatan, termasuk di antaranya adalah kirab budaya. Biasanya, pemusatan Festival Dugderan dilaksanakan di Simpang Lima.
Bagi masyarakat Kota Semarang, Warak Ngendog juga memiliki filosofi tersendiri. Namanya merupakan perpaduan antara kata warak yang berasal dari bahasa Arab dan ngendog dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Arab, wara’i memiliki arti suci, sementara itu ngendog dalam bahasa Jawa artinya bertelur yang dianggap sebagai simbol pahala seseorang yang telah menjalani proses penyucian. Selain itu, desain badan Warak Ngendog yang punya tubuh lurus juga menjadi gambaran citra masyarakat Semarang yang lurus dan jujur.
Masyarakat Kota Semarang pun menganggap Warak Ngendog sebagai bagian dari budaya asli yang diturunkan oleh para leluhur. Keberadaannya bisa disaksikan dalam berbagai bentuk. Apalagi, Warak Ngendog kini telah menjadi simbol Kota Semarang bersama dengan Tugu Muda dan Lawang Sewu.
Hanya saja, terdapat perbedaan cukup mencolok dalam desain Warak Ngendog di zaman dulu dengan Warak Ngendog yang sekarang. Dulu, warga Semarang hanya menjadikan boneka ini sebagai mainan anak yang dibuat dari bahan gabus yang berasal dari tanaman bakau.
Saat ini, Warak Ngendog hadir dalam hadir dalam beragam bentuk, termasuk mainan yang dilengkapi dengan telur ayam matang di bagian bawahnya. Selain itu, penampilannya juga terlihat sangat mencolok dengan penambahan kertas warna-warni di sekujur tubuh. Sebagai tambahan, terdapat roda di empat kakinya yang memudahkan boneka ini digerakkan.
Selain Warak Ngendog, Kota Semarang juga memiliki beragam tradisi unik lain yang bisa disaksikan oleh para wisatawan. Secara khusus, para pelancong yang berkunjung ke Semarang kerap menghabiskan waktunya untuk mencicipi beragam jenis kuliner dan berkunjung ke berbagai tempat wisata menarik.
Akses transportasi ke Kota Semarang kini juga sudah sangat mudah. Para wisatawan dari berbagai kota di Indonesia bisa secara langsung memesan tiket pesawat dan turun di Bandar Udara Ahmad Yani, Semarang. Nah untuk mendapatkan tiket pesawat domestik murah, Airy bisa menjadi pertimbangan utama Anda loh.
Di sini, Anda bisa memperoleh tiket promo dari berbagai maskapai terkemuka di tanah air. Rute penerbangan yang bisa dipilih juga tidak terbatas ke Semarang, tapi juga ke berbagai kota besar di Indonesia lainnya. Jadi sudah siap jalan-jalan ke Semarang?