RANCAH POST – Malam lailatul qadar di bulan Ramadhan merupakan salah satu peristiwa penting yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya.
Berdasarkan sejumlah riwayat, malam yang sangat dinantikan kehadirannya oleh umat Muslim di seluruh dunia tersebut akan datang di sepeuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Hanya saja, kedatangan malam lailatul qadar itu tak dapat dipastikan waktunya. Umat Muslim hanya bisa membaca tanda-tanda kedatangan bulan yang lebih baik dari 1000 bulan itu.
Lantas benarkah tanda-tanda malam lailatul qadar itu seperti heningnya malam, membekunya air, dan menunduknya pepohonan?
Hal yang pasti adanya bahwa setiap Muslim harus mengimaninya sebab malam tersebut telah tertuang dalam surat Al Qadar ayat 1 (Ada suatu malam yang bernama Lailatul Qadar) dan surat Ad Dukhan ayat 3 (malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan).
Guna memahami lebih jauh berkenaan dengan malam lailatul qadar, Quraish Shihab, mufasir kenamaan Indonesia memaparkan tiga arti kata ‘qadar’.
BACA JUGA: Tanda-Tanda Orang yang Meraih Malam Lailatul Qadar
Pertama, qadar mempunyai arti pengaturan atau penetapan. Qadar dalam artian tersebut dipahami sebagai malam penetapan perjalanan hidup manusia oleh Allah SWT.
Diartikan pula, pada malam lailatul qadar Allah menetapkan khitah dan strategi bagi Nabi Muhammad SAW untuk mengajak manusia ke jalan yang benar.
Kedua, qadar dengan arti kemuliaan. Ya, malam itu memang menjadi salah satu malam yang mulia dengan turunnya Al Quran. Qadar dengan arti kemuliaan itu pun bisa ditemukan dalam surat Al An’am ayat 91.
Ketiga, qadar dengan artian sempit. Kenapa disebut dengan malam yang sempit? Sebab pada malam itu banyak malaikat yang akan turun ke bumi.
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Qadar ayat 4: “Pada malam itu turun malikat-malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan”.
Kata qadar dengan artian sempit juga ditemukan pada surat Ar-Ra’du ayat 26:
“Allah meluaskan rizki, dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”