RANCAH POST – Seragam yang mereka pakai nampak lusuh dan terlihat menguning. Celana yang dipakai pun sudah tidak bisa dikancingkan lagi.
Lihat ke bawah, kaki mereka terlihat dekil dan hanya beralaskan sandal. Bukan tas yang mereka bawa, hanya kantong kresek yang mereka gunakan untuk menyimpan alat tulis.
Untuk sampai ke sekolah, bocah SD itu pun harus menempuh perjalanan yang jauh dengan menembus hutan belantara dengan medan berbukit dan berlumpur.
Kondisi memmilukan itu diceritakan langsung sang guru, Anggit Purwoto. Anggit sendiri salah satu sarjana yang mengikuti program Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM3T) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Anggit mengajar di SDN 04 terletak di Desa Sungkung, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, yang berbatasan dengan Malaysia.
Untuk mencapai desa tersebut dari Bengkayang, dibutuhkan waktu dua hari perjalan darat. Namun jika kondisi cuaca tidak memungkinkan, jarak tempuh akan lebih lama lagi.
“Kepada anak-anak itu saya sampaikan agar mereka tidak memperdulikan kondisi, tetap fokus belajar, tetap semangat untuk menatap masa depan,” ujar Anggit, Minggu (2/4/2017).
Anggita dan dua rekan lainnya ditempatkan di SMA yang masih berlokasi di desa tersebut. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang ditempatkan di SD oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkayang.
Guru tetap juga tak ada di SD tersebut, kelas pun sering kosong. Guru yang mengajar di SD itu pun hanya mengajar dua minggu dalam sebulan.
Namun kondisi itu tidak dipersoalkan karena guru-guru tersebut memang berasal dari kota dan sudah memiliki keluarga.
“Makanya dengan sukarela saya mengajar di SD ini,” ucap Anggit yang merupakan lulusan Universitas Muhammadiyah Purwokerto itu.
Kondisi bangunan sekolah pun tak jauh berbeda, sangat memprihatinkan. Hanya saja yang paling dibutuhkan adalah alat tulis dan seragam yang layak.
Begitu juga dengan waktu belajar yang terbatas lantaran tidak ada penerangan memadai ketika cuaca berubah gelap. Panel surya yang ada pun tidak bisa menjangkau seluruh kebutuhan.
Dengan kondisi yang memprihatinkan itu, Anggit pun berharap pemerintah pusat bergerak. Sebab, anak-anak itu merupakan generasi penerus bangsa.
Perhatikan pendidikan di pedalaman. Ibaratnya ‘keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’ benar ada. Tidak hanya di satu pulau saja.