RANCAH POST – Sebelumnya, di Kota Samarinda Kalimantan Timur, sebuah gereja dikabarkan dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal. Akibat bom Samarinda itu, bagian depan Gereja Oikumene yang terletak di Sengkotek, Samarinda itu pun terlihat porak poranda.
Pelemparan Gereja Oikumene yang terjadi sekitar pukul 10.10 WITA, Minggu (13/11/2016), dilakukan ketika para jemaat tengah beribadah dalam gereja. Berdasarkan keterangan saksi, saat itu seorang pria tak dikenal yang mengendarai motor melempar sebuah benda yang terbungkus ke depan pintu Gereja Oikumene Samarinda.
Mendengar informasi adanya bom Samarinda dengan Gereja Oikumene yang menjadi sasaran pelemparan molotov, KH. Hamri Haz, Ketua MUI Kalimantan Timur, mengaku terkejut. “Hal itu tak bisa ditolerir lagi. Kita sebagai umat Islam tidak memberikan toleransi dengan kejadian teror seperti itu,” ucap Hamri.
Selama ini di Kalimantan Timur, sebagaimana dikatakan Hamri, tak pernah ada gesekan antar umat beragama. Bahkan kedamaian antara umat beragama di Kalimantan Timur tercermin dari berdirinya FKUB (Forum Kerukunan Antar Umat Beragama) yang dengan rutin mengadakan pertemuan tiap bulannya. “Di antara tokoh agama, tak ada rasa curiga. Sebagai saudara kita selalu berkumpul. Bom Samarinda ini pertama kali terjadi dan kami sangat menyesalkannya,” ujarnya.
Kepada umat Islam, Hamri pun mengimbau agar tidak terjebak dengan aksi teror yang mengatasnamakan jihad. Aksi teror seperti Bom Samarinda ini, dalam Islam tidak dibenarkan. “Umat Islam jangan sampai mengikuti jejak seperti pelaku itu. Sayyidina Umar sendiri bahkan pernah meminjam dan melaksanakan shalat di gereja. Ketika Islam masuk ke suatu tempat, Islam tak masuk dengan cara merusak tempat ibadah umat lainnya,” tutupnya.