RANCAH POST – Untuk menghormati leluhurnya yang telah meninggal dunia, berbagai cara dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang dikenal memiliki beragam adat istiadat yang terbilang unik.
Seperti adat menghormati leluhur yang dilakukan warga Toraja Utara, Sulawesi Selatan ini misalnya. Tiap tiga tahun sekali, warga yang tinggal di pegunungan Sesean menggelar prosesi adat yang disebut dengan Ma’nene, adat mengganti pakaian jasad leluhur yang disimpan dalam peti mati.
Adat atau ritual Ma’nene ini dimulai dengan mengunjungi lokasi disemayamkannya para leluhur atau patene di Lembang Paton, Sariale. Adapun mayat leluhur mereka yang telah berumur ratusan tahun itu dalam keadaan utuh lantaran sudah diberi semacam pengawet.
Mayat-mayat para leluhur dalam ritual Ma’nene ini dibersihkan dan melepas baju lama yang dikenakan para mayat tersebut. Dengan menggunakan kuwas, mayat-mayat itu dibersihkan. Usai itu, pakaian mayat kemudian diganti dengan yang baru lengkap dengan setelan jas berdasi dan memakai kaca mata.
“Salah satu keunikan budaya di tanah Toraja, Sulawesi Selatan, Anda bisa bertemu dengan ‘mayat berjalan’ karena disana ada upacara adat mengganti pakaian mayat para leluhurnya. Upacara ini dikenal dengan nama, Ma’nene,” demikian postingan Selamat Pagi Indonesia sebagaimana dihimpun Rancah Post.
Meski ada netizen yang mengaku takut dengan tradisi Ma’nene ini, namun tidak sedikit pula netizen lainnya yang justru kagum dengan adat istiadat yang dimiliki Indonesia tersebut.
Avril Lia menulis, “Pernah sih,, selama 3 hari bolak balik nengok temen dr Toraja pas meninggal,, biz mati tdk dikubur2 malah dibalsem trs,, dr biasa lama kelamaan menjadi gembung badannya…. Katanya nanti pulang kampung baru di makamkan…lama bangeeeeetttt”
Viena Wu juga ikut berkomentar, “Saya pernah kesana itu memang nyata udah adat budayanya bgtu,,,oh iya td Ada yg Tanya bau apa tidak,,,so itu mayat tidak bau coz udah dikasih ramuan gag tau apa namanya.”
“Indahnya keanekaragaman budaya indonesia… Ini biasanya di lakukan tiap thn skali.. tepatnya tiap bln agustus tepatnya di Toraja utara. Klo umur mayatnya udh puluhan tahun. Sma dgn mayat yg lain menggunakan formalin, mungkin karena tanah dan cuaca yg sangat dingin sehingga mayatnya bisa awet begini. Klo untuk mayat yg katanya bisa berjalan itu di daerah toraja barat.” komentar Yance Boranda.
“Inilah kekayaan kebudayaan indonesi…luar biasaaa..jadi ingat almarhum papa..pengen rasa nya bisa peluk lagi beliau seperti foto2 ini…luar biasa adat nya..salutt..” ujar Max Bororing.