RANCAH POST – Kasus penangkapan hewan yang dilindungi kali ini kembali terjadi. Kasus yang terjadi beberapa hari yang lalu ini bahkan menjadi perhatian publik, khususnya netizen, manakala 6 orang pemuda terlihat memajang foto bekantan di media sosial miliknya
Foto bekantan yang ditangkap beberapa orang pemuda tersebut diunggah dalam akun Uchu’adam Dhoang dengan caption foto bareng pada Senin (6/6/2016) lalu. Dari akun medsos tersebut, akun Uchu’adam Dhoang ini diketahui tinggal di daerah Sambas, Kalimantan Barat.
Dalam beberapa foto yang diunggah ke akun milik Uchu’adam Dhoang itu, seekor bekantan terlihat sudah tak berdaya dengan wajah yang terluka. Tidak jelas apakah hewan itu masih hitup atau sudah mati.
Hanya saja mereka yang ada dalam foto tersebut terlihat gembira berfoto dengan hewan yang malang tersebut. Bahkan salah seorang di antaranya terlihat membawa senapan angin yang diduga digunakan untuk berburu. Hingga Kamis (9/6/2016) pagi kemarin, foto bekantan itu sudah dibagikan 9.294 kali.
Kepala BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Kalbar, Sustyo Iriono menerangkan, dirinya mengetahui adanya penangkapan hewan itu oleh sekelompok pemuda tersebut.
Pihak BKSDA pun tengah mencari keberadaan pelaku penangkapan bekantan itu. “Sedang dalam pencarian, alamatnya sudah berhasil ditemukan,” kata Sustyo, Kamis (9/6/2016).
Sustyo pun membenarkan bila lokasi para pelaku penangkapan hewan dilindungi itu berada di Kalimantan Barat, tepatnya di Sambas. Oleh Sustyo pun dikatakan kalau bekantan adalah hewan yang dilindungi.
“Ancaman hukumannya sudah diatur dalam Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,” tuturnya.
Sementara itu dikatakan oleh Daniel Johan, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, dirinya meminta supaya pemerintah melakuka sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait hewan yang dilindungi agar kejadian serupa tidak terulang.
“Pemerintah harus menelusuri itu, apakah sengaja ditangkap atau memang ditemukan dalam keadaan sekarat. Bekantan adalah hewan yang dilindungi mengingat saat ini jumlahnya semakin langka,” kata Daniel.