RANCAH POST – Bagi sebagian orang, matematika merupakan momok yang sangat menakutkan baik itu bagi anak-anak maupun orang dewasa. Banyaknya angka-angka dan rumitnya rumus-rumus membuat sebagian orang lebih memilih menghindari matematika.
Namun tidak bagi Andrew Wiles, seorang profesor dari Universitas Oxford, Inggris. Buah kerja kerasnya selama tujuh tahun terakhir memecahkan soal matematika yang usianya mencapai tiga abad atau tiga ratus tahun membuatnya memeperoleh penghargaan Abel Prize dari Akademi Norwegian Academy of Sains and Letters yang akan diberikan langsung oleh putera mahkota Hakon di Oslo, ibu kota Norwegia.
Andrew Wiles pun berhak atas uang sebesar Rp9,1 miliar lantaran berhasil memecahkan persamaan matematika yang dikenal dengan Teorema Terakhir Fermat atau Fermat’s Last Theorem tersebut. “Sejak usiaku 10 tahun, aku sudah tergila-gila dengan teorema itu. Tidak hanya memecahkan persoalannya, tapi ini juga membuka era baru keilmuan saya,” ucap profesor yang kini berusia 62 tahun tersebut.
Bukan kali ini saja Andrew Wiles menerima penghargaan prestisius di bidang matematika. Sebelumnya ia pernah menerima penghargaan dari Shaw Prize, US National Academy of Science’s Award in Mathematics, Royal Medal of the Royal Society, Ostrowski Prize, dan Rolf Schock Prize.
Fermat’s Last Theorem sendiri dirumuskan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Prancis, Peirre de Fermat. Sejak tahun 1637, tak ada seorang pun ahli matematika yang mampu memecahkan teorema tersebut.