RANCAH POST – Letak Kota Madaya tidaklah begitu jauh dengan Kota Damaskus, Suriah. Namun meskipun letaknya berdekatan dengan ibu kota Suriah, kehidupan warga di Kota Madaya tidaklah lebih baik, sama seperti warga lainnya yang menjadi korban konflik di Suriah.
Di kota ini, mereka nyaris mati kelaparan. Hal ini terjadi karena sulitnya akses dan kepungan tentara yang loyal kepada Bashar Al-Assad. Keluar dari kota itu bukanlah perkara mudah bagi warga, ranjau darat menanti mereka.
Tidak ada pilihan lain, kondisi tersebut mengharuskan mereka bertahan hidup dengan cara apa saja. Banyak di antara keluraga di kota tersebut harus makan rumput dan dedaunan. Di sana, para pedagang pun menjual beras hanya dalam hitungan gram saja. Sebab harga beras di sana sangatlah mahal, 1 kg beras setara dengan US$ 250 atau Rp 3,5 juta. Saking sulitnya memenuhi kebutuhan perut sehari-hari, tidak sedikit dari warga Suriah harus mengkonsumsi binatang piaraan mereka.
Seorang pekerja sosial bernama Louay kepada Guardian mengatakan, “Orang-orang mati secara perlahan,” ucapnya dengan suara lemah.
Beberapa aktivis lainnya mengirimkan beberapa jepretan foto yang memperlihatkan kondisi pria lanjut usia yang hanya tinggal tulang dan kulit saja. Dalam foto lainnya, juga terlihat seorang anak yang kelaparan terlihat lemah dalam infusan dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Anak-anak yang seharusnya berada di bangku sekolah, lebih mengambil resiko untuk mencari tumbuh-tumbuhan yang bisa dikonsumsi meski di ladang yang dipenuhi ranjau. Tak sedikit dari anak-anak tersebut harus rela kehilangan kakinya.
“Mau cari pertolongan? Nyawa jadi taruhannya!,” ucapnya.
Sementara itu, Ebrahim Abbas, tentara Suriah yang membelot menggambarkan betapa memprihatinkannya kondisi warga di kota tersebut. Mereka sangat membutuhkan pasokan listrik, makanan, dan obat-obatan.
“Di kota ini kalian akan melihat anak-anak dengan wajah yang tak bersinar dan dilanda kelaparan,” katanya.