RANCAH POST – “Ngabuburit” adalah istilah yang dipakai oleh orang Sunda ketika menunggu datangnya waktu berbuka puasa atau menunggu tenggelamnya matahari pada sore hari. Kebiasaan atau tradisi “ngabuburit” ini sudah dijalankan atau dilakukan oleh masyarakat Sunda, khususnya generasi muda. Dalam “ngabuburit” ini biasanya para generasi muda ke luar rumah sejak waktu Ashar, lalu mereka pergi secara bersama-sama dengan temannya atau pergi sendirian ke tempat dimana biasa mereka nongkrong, atau jika dekat dengan alun-alun mereka akan pergi ke alun-alun tersebut. Begitu pula dengan ibu-ibu, mereka juga akan keluar sekedar berkerumun dengan ibu-ibu yang lain guna menunggu waktu berbuka tiba. Kebiasaan inilah yang akhirnya dikenal dengan istilah “ngabuburit”.
“Ngabuburit” sendiri dilakukan oleh masyarakat Sunda sebelum zaman modern seperti sekarang ini dihabiskan dengan menganyam tikar di depan rumah mereka masing-masing atau di halaman rumah mereka masing-masing sambil bergurau atau sekadar mengobrol dengan yang lainnya. Anak-anak sendiri biasanya main bersama dengan teman-temannya dan kemudian segera bergegas merapihkan alat-alat untuk mengaji lantas pergi ke Masjid atau “tajug” orang Sunda menyebutnya.
Lalu kenapa tiba-tiba istilah “ngabuburit” ini akhirnya berubah makna dari melakukan hal-hal yang positif seperti yang telah disebutkan di atas ke istilah “ngabuburit” yang terkesan penuh dengan perbuatan sia-sia belaka, bahkan berujung kepada maksiat hingga akhirnya pahala dari puasa itu sendiri gugur?
Awal mula dari istilah “ngabuburit” yang cenderung sia-sia ini bermula dari suatu acara infotainment yang ada di salah satu TV swasta. Beberapa artis, khususnya artis yang berasal dari Jawa Barat diwawancarai mengenai kegiatannya pada bulan Ramadhan. Artis tersebut pun mengucapkan istilah “ngabuburit” ini, namun artis tersebut menghabiskan waktu “ngabuburitnya” hanya dengan nongkrong, wara-wiri sana sini, dan juga senang-senang semata.
Entah bermula dari pernyataan artis tersebut atau dari mana, akhirnya generasi muda pun mengikuti apa yang dilakukan oleh idolanya tersebut. Apalagi jika “ngabuburit” artis tersebut disiarkan lewat media seperti televisi yang memperlihatkan kalau “ngabuburit” itu dengan cara pergi nongkrong atau wara-wiri naik kendaraan. Sudah pasti hal ini akan diserap dan diikuti dengan cepat sebagaimana generasi muda tersebut melihat artis idola mereka melakukan “ngabuburit”.
ISLAM tidak pernah mengajarkan kepada umatnya bahwa cara menunggu berbuka puasa itu dengan cara “ngabuburit” yang terkesan dihabiskan dengan perbuatan sia-sia belaka seperti pergi berduaan buka dengan muhrimnya, hura-hura, atau mengganggu orang lain dengan menyalakan petasan, atau pun dengan perbuatan lainnya yang berujung pada maksiat yang tidak terasa.
Jika hal ini tidak diluruskan, maka mungkin saja generasi selanjutnya memaknai bahwa “ngabuburit” yang seperti itu lumrah-lumrah saja atau tidak dilarang dalam Islam. Rasulullah SAW sendiri bersabda dalam haditsnya:
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta (tidak meningalkan) perbuatan bodoh maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum”. (HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya).
“Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga”. (HR. Ahmad, hadist hasan shahih).
Mudah-mudahan dari penjelasan tersebut, Kita bisa mengisi bulan Ramadhan tahun ini dengan hal-hal yang bermanfaat. Sehingga pahala berpuasa Kita tetap terjaga dan Kita senantiasa terhindar dari hal-hal sia-sia.