RANCAH POST – Pada konferensi pers yang berlangsung begitu singkat di Santiago Bernabeu, Senin (25/5/2015), Presiden Real Madrid, Florentino Perez, secara resmi menyatakan pemecatan Carlo Ancelotti dari kedudukannya sebagai pelatih kepala. Ancelotti menjadi juru taktik Los Blancos yang ke-9 yang dilengserkan Perez selama kurun waktu 12 tahun menjadi presiden klub.
Perez, memang dikenal sebagai sosok presiden klub yang tak bisa memberikan toleransi atas kegagalan seorang pelatih. Itulah kenapa, meski baru menukangi Cristiano Ronaldo cs selama 2 musim dan sukses membawa La Decima atau titel Liga Champions yang ke-10 kalinya di musim lalu, Ancelotti tetap didepak menyusul kegagalannya memberikan satu titel pun pada musim ini.
Perez kali pertama menduduki sebagai Presiden Real Madrid pada tahun 2000 dengan mengalahkan Lorenzo Sanz. Kebiasaan jelek Perez mulai terendus kala Vicente del Bosque dipecat dari jabatannya pada 23 Juni 2003 walaupun sukses mempersembahkan 7 gelar, diantaranya, 2 gelar La Liga Spanyol dan 2 gelar Liga Champions.
Perez memilih bekas asisten Alex Ferguson, Carlos Queiroz, sebagai penerus Del Bosque. Sayang, Queiroz hanya mampu bertahan hanya setahun pasca Madrid hanya meraih juara Piala Super Spanyol di musim 2003/2004.
Usai 4 pelatih lainnya, Jose Camacho (Mei 2004 s.d September 2004), Mariano Garcia Remon (September 2004 s.d Desember 2004), Vanderlei Luxemburgo (Desember 2004 s.d Desember 2005), dan Juan Ramos Lopez Caro (Desember 2005 s.d Juni 2006) dilengserkan akibat kembali gagal mempersembahkan prestasi, Perez mengundurkan diri dari posisinya sebagai bos klub.
Tiga tahun kemudian, Perez kembali terpilih menjadi Presiden Madrid untuk kali kedua. Langkah awal yang dibuat Perez ialah menunjuk eks pelatih Malaga, Manuel Pellegrini. Di musim 2009/2010, Madrid gagal meraih satu titel pun. Pellegrini kembali jadi kambing hitam.
Perez mengalihkan targetnya pada eks juru taktik Chelsea dan Inter Milan, Jose Mourinho (2010/2013). The Special One memperoleh tugas spesial dari Perez guna meruntuhkan dominasi Barcelona bersama Pep Guardiola.
Di musim debutnya, Mourinho hanya sanggup mempersembahkan titel Copa del Rey. Perez masih dapat bersabar. Pada musim 2011/2012, ambisi Perez terwujud pasca Madrid sukses keluar jadi kampiun La Liga dan meraih Piala Super Spanyol. Namun, setahun kemudian, Perez kembali berulah dengan menendang Mourinho menyusul kegagalan Madrid menyabet satu titelpun di musim 2012/2013.
Hal serupa kini dialami Ancelotti. Meski sukses meraih juara Copa del Rey dan terlebih Liga Champions di musim 2013/2014, Ancelotti tidak mampu menahan ‘aturan’ Perez yang mengharamkan Madrid puasa gelar dalam satu musim.
Lantas? Pelatih manapun yang nantinya akan dipilih Perez menggantikan posisi Ancelotti, seharusnya sadar jika kariernya bareng Madrid sangat tergantung dari kesuksesannya meraih gelar pada akhir musim.