RANCAH POST – Pembacaan ayat Al Quran langgam Jawa ketika Peringatan Isra Miraj di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/05/2015), memicu kontroversi. Awal mula permasalahan yang memancing kontroversi ini adalah penggunaan langgam Jawa oleh Qari Muhammad Yasser Arafat dalam pembacaan ayat suci Al Quran.
Membaca Al Quran langgam Jawa, dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini mengumandangkan surat Al Isra ayat 1 dan An Najm ayat 1-15.
Dengan memakai langgam khas Jawa, pembacaan ayat suci tersebut sekilas mirip sinden dalam petunjukan wayang kulit. Kontan, video pembacaan Al Quran langgam Jawa yang diunggah ke Youtube itu memicu perdebatan Netizen.
Ada yang pro penggunaan langgam Jawa dalam membaca Al Quran. Namun, tidak jarang pula yang menganggap sang qari menyalahi aturan. Menanggapi reaksi itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun berkicau melalui akun Twitternya, @lukmansaifuddin.
Lukman mengungkapkan pembacaan Al Quran langgam Jawa pada peringatan Isra Miraj bukan permintaan Presiden Jokowi.
@lukmansaifuddin: “Pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa pada Peringatan Isra Mi’raj di Istana Negara sepenuhnya ide saya, sama sekali bukan kehendak Presiden RI.”
Menurut Lukman, pembacaan Al Quran dengan langgam Jawa untuk menjaga dan melestarikan tradisi Nusantara dalam mendakwahkan Islam di Tanah Air.
@lukmansaifuddin: “Saya menyimak kritik yang berkeberatan dengan adanya pembacaan Al Quran dengan langgam Jawa. Saya juga berterima kasih kepada yang mengapresiasinya.”
Lantas, mengapa Menteri Agama memilih langgam Jawa untuk ditampilkan dalama acara tersebut?
@lukmansaifuddin menjawab, “Karena saya belum menemukan langgam daerah lain yg tajwidnya baik. Bila ada, tolong kirim rekamannya.”
Bagi pihak yang kontra, mereka memiliki dasar hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dan imam At Tabharani-Rahimahumallah-dijelaskan sebagai berikut:
Yang artinya: “Bacalah Al-Qur’an sesuai dengan LUHUN (cara/nada/lagu/langgam) dan suara orang-orang Arab. Dan jauhilah olehmu cara membaca orang-orang fasik dan ahlul Kitab (Yahudi & Nasrani). Maka sesungguhnya akan datang beberapa kaum setelahku yang melagukan Al-Qur’an seperti nyanyian dan rohbaniyah (membaca tanpa tadabbur), suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat meresap ke dalam hati), hati mereka dan orang-orang yang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang lurus).
Untuk informasi, selama ini langgam atau irama dalam membaca Al Quran yang lazim dipakai terpengaruh dari timur tengah. Beberapa langgam yang dikenal diantaranya: Bayyati, Hijazi, Shoba, Sika, Nahawand, Rasta alan nawa, Jiharka, Banjaka.