RANCAH POST – Harga BBM yang sudah pasti akan naik pada akhir tahun ini dikomentari oleh Pakar Ekonomi Tony Prasetiantono, ia memberi saran kepada pemerintahan Jokowi agar menaikan harga BBM dikisaran Rp 2.500. Tony membeberkan bahwa dengan menaikan harga dikisaran jumlah tersebut tak akan mempengaruhi bank sentral dan kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) yang pada ujungnya akan memperketat likuiditas perbankan.
“Santer terdengar bbm akan naik dikisaran Rp 3.000. Jika saya kalkulasikan harga di tingkat eceran Rp 9.000 akan berdampak inflasi sampai 8%. Saya menyarankan agar pemerintah menaikan harga BBM bukan Rp 3.000 tapi maksimal Rp 2.500,” tambah Tony.
“Kalau naik Rp 2.500, inflasi akan berkurang menjadi 7%, ini tidak akan mempengaruhi BI Rate. Untuk waktu putusan pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi, itu terserah,” ucapnya.
Untuk pengumuman waktu yang tepat dalam rangka menaikan harga BBM bersubsidi, Tony menyerahkan semuanya kepada pemerintah.
“Terserah, tapi November merupakan waktu cukup tepat. bulan depan juga bisa. Asal jangan Januari, karena distribusi akan terhambat oleh faktor cuaca banjir dan kemacetan” ujar Tony.
Tony mengungkapkan, kapan dan berapa pun kebijakan kenaikan harga BBM tersebut dilakukan, langkah tersebut sudah memberikan sinyal positif kepada investor.
Alokasi dana sebesar Rp 263 triliun untuk subsidi yang selama ini dianggap tidak tepat, bisa dialihkan ke hal produktif yang lain. Tony juga mengatakan investor juga akan menyambut baik dengan keputusan tersebut.