RANCAH POST – Ada dua agenda politik yang cukup menarik yang dilakukan SBY dan Boediono secara terpisah pada hari ini, Wapres Boediono bakal menjamu Tim Transisi bentukan Presiden Terpilih Jokowi. Pertemuan ini diagendakan sebagai lanjutan dari pertemuan Jokowi dan SBY di Bali pada pekan lalu.
Agenda yang dibahas adalah sejumlah isu mengenai program pembangunan untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Salah satu isu krusial yang bakal menarik perhatian publik adalah kebijakan Jokowi terhadap rencana kenaikan harga BBM.
“Pertemuan membahas program bantalan sosial yang terkait penanggulangan kemiskinan. Masalah ini selama ini berada langsung di bawah koordinasi wapres,” kata Wakil Ketua Tim Transisi, Andi Widjajanto, di kantor transisi, kemarin.
Pada pertemuan dengan SBY di Bali kemarin, Jokowi sempat mengungkapkan permintaan agar harga BBM bisa dinaikkan oleh pemerintahan SBY sebelum pemerintahan baru mulai bekerja. Namun SBY berpendapat langkah itu belum tepat dilakukan karena akan membebani keuangan masyarakat. Jokowi akan dilantik sebagai Presiden pada 20 Oktober mendatang.
Sedangkan SBY akan menemui Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, di rumah pribadinya di Puri Cikeas.
Pertemuan ini dikabarkan akan membahas mengenai kelanjutan dari Koalisi Merah Putih, yang saat ini menguasai mayoritas kursi di DPR. Ini terdiri dari Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Persatuan Pembangunan.
Jika SBY melanjutkan koalisi ini, maka posisi tawar menawar Koalisi terhadap pemerintahan baru menjadi dominan. “Kami berposisi sebagai penyeimbang pemerintahan,” kata Amir Syamsuddin, Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat, belum lama ini.
Lingkaran Survei Indonesia, baru-baru ini meluncurkan hasil survei yang membahas hal ini. Menurut hasil survei ini, Presiden Terpilih Jokowi berpotensi menjadi lame-duck president atau presiden yang kurang berkuasa karena tidak mendapatkan dukungan mayoritas atas program kerjanya.