RANCAH POST – BPBD Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, kini kembali mengaktifkan kembali Posko Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Slamet dikarenakan status gunung itu kini menjadi Siaga.
“Posko yang berlokasi di Kantor BPBD Purbalingga akan kami aktifkan kembali mulai besok (Kamis, red.), sedangkan posko di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, sudah diaktifkan,” kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Purbalingga Priyo Satmoko, di Purbalingga, Rabu.
Selain itu, kata dia, para relawan juga telah memulai pemantauan di sejumlah lokasi terdekat dengan puncak Gunung Slamet, salah satunya di Desa Serang, Kecamatan Karangreja.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pihaknya telah melaporkan peningkatan status Gunung Slamet itu kepada Sekretaris Daerah Purbalingga.
“Rencananya besok (Kamis, red), kami akan menggelar rapat koordinasi guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dari peningkatan aktivitas Gunung Slamet,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Koordinator Badan “Search and Rescue” Nasional (Basarnas) Pos SAR Cilacap Tri Joko Priyono mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan satu regu Basarnas ke daerah rawan bencana erupsi Gunung Slamet.
“Sejak status Gunung Slamet ditingkatkan menjadi Siaga pada Selasa (12/8), pukul 10.00 WIB, kami diperintah oleh Kantor SAR Semarang untuk bertugas di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Pemalang,” katanya.
Berdasarkan pantauan, kata dia, masyarakat Desa Gambuhan tetap menjalankan aktivitas seperti biasa meskipun status Gunung Slamet telah ditingkatkan menjadi “Siaga”.
“Tampaknya masyarakat sudah terbiasa dengan peningkatan aktivitas Gunung Slamet, namun kami tetap siaga guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi,” katanya.
Sementara dalam siaran pers yang diterima Antara, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan bahwa berdasarkan pengamatan yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, pada Rabu (13/8) pukul 00.00-06.00 WIB, teramati empat kali letusan abu berwarna kecokelatan setinggi 300-700 meter yang condong ke arah barat.
Selain itu, kata dia, teramati 28 kali sinar api dan lontaran lava pijar tinggi 50-400 meter dari puncak Gunung Slamet serta terdengar 16 kali dentuman sedang sampai kuat dan tiga kali suara gemuruh.
Dari sisi kegempaan, lanjut dia, tercatat 27 kali gempa letusan dan 107 kali gempa embusan.
“Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Gunung Slamet tetap dalam status Siaga, sehingga masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak. Di luar radius tersebut, masyarakat agar tetap tenang dan melakukan aktivitas seperti biasa,” katanya.
Seperti diwartakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM pada 10 Maret 2014, pukul 22.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari “Aktif Normal” (level I) menjadi “Waspada (level II).
Peningkatan status tersebut dilakukan karena aktivitas Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Brebes, dan Tegal itu meningkat.
Oleh karena intensitas gempa atau letusannya semakin bertambah serta abunya semakin tinggi, PVMBG pada 30 April 2014 pukul 10.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari “Waspada” (level II) menjadi “Siaga” (level III).
Selanjutnya, PVMBG menurunkan status Gunung Slamet, dari “Siaga” menjadi “Waspada” pada Senin pukul 16.00 WIB, karena aktivitasnya cenderung menurun.
Akan tetapi sejak pertengahan Juli 2014, Gunung Slamet kembali menunjukkan peningkatan aktivitas, sehingga PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM kembali meningkatkan status gunung tertinggi di Jateng itu menjadi “Siaga” pada Selasa (12/8) pukul 10.00 WIB.