RANCAH POST – Saat ini, siapa yang tidak mengenal layanan online bernama Baidu. Situs search engine lokal asal China satu ini memang sangat mirip dengan Google dari segi tampilannya. Namun kini, ia digadang-gadang telah mampu membayangi kepopuleran Google, dan bahkan telah berhasil menjatuhkan Google di negerinya sendiri, China.
Baidu ini mulai dibangun dan meluncur di Internet pada tahun 2001 lalu, dengan website bernama Baidu.com. Sebagai salah satu metode monetisasi, para pengiklan akan membayar Baidu jika ada pengunjung yang mengklik promosi mereka. Pada tahun 2004, Baidu sudah bisa meraih keuntungan dan terus berkembang. Robin Li pun berniat menjual saham Baidu di Amerika Serikat, sebagai upaya agar Baidu bisa mengglobal.
Baidu akhirnya menawarkan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada Agustus 2005. Ketika perdagangan berakhir hari itu, harga saham Baidu tembus USD 122. Mendadak Baidu bernilai USD 4 milliar dan Li jadi miliuner dengan kekayaan sekitar USD 900 juta.
Memang harga saham kemudian menurun, tapi Baidu tetap bisa dibilang sukses dalam IPO. Baidu juga terus naik pangsa pasarnya di China, bahkan jauh meninggalkan Google. Agustus 2013, pangsa pasar Baidu di China mencapai 63,3%, diikuti Qihoo dengan 18,23%.
Selain mesin cari, Baidu juga meluncurkan banyak layanan online lainnya. Ada Baidu Map, Baidu Cloud, bahkan sistem operasi berbasis Android yang dinamakan Baidu Yi.
Kekalahan Google di China memang bukan semata karena kehebatan Baidu atau mesin cari lokal yang lain. Tapi karena pemerintah China sangat sering memblokir Google terkait berbagai alasan. Misalnya karena pencarian Google sering menampilkan informasi yang sensitif.
Pada tahun 2010 menurut riset dari Analysys International, market share Google di China masih 29%. Tapi pada Oktober 2012, pangsa pasarnya turun drastis sampai 5%. Dan pada 2013 tinggal 1,7%.