RANCAH POST – Terpilihnya Jokowi sebagai calon presiden sudah terpikir oleh anggota DPD RI perwakilan Jakarta, Pardi. Tapi iya menyayangkan keputusan itu yang menurutnya blunder besar karena Jokowi dinilai belum berhasil membangun Jakarta.
”Saya pribadi tak kaget ketika PDIP mengusung Jokowi jadi capres. Saya mengendus saat debat kandidat Pilkada DKI lalu. Jokowi mengatakan akan berkarier, dari wali kota pengen jadi gubernur dan presiden,” ungkap Pardi.
Mantan Wali Kota Solo itu, kata dia, belum memenuhi janjinya saat kampanye. Sebut saja Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
“Saya melihat, janji kampanye Jokowi soal KJS dan KJP semuanya bohong. KJS harusnya diberikan dari miskin sampai kaya, termasuk KJP. Ini ternyata banyak yang tidak mendapat keduanya,” tegasnya.
Masalah lain yang belum tuntas, lanjut dia, adalah banjir. Jokowi dianggapnya tak sanggup mengatasi persoalan klasik Jakarta tersebut.
“Tiga bulan usai dilantik, Jakarta seolah-olah tidak ada pemimpin. Seharusnya Gubernur DKI duduk bersama DPRD hadapi masalah banjir, seperti memutuskan anggaran yang dibutuhkan. Ini tidak dilakukan Jokowi, makanya pantas DKI seperti enggak punya pemimpin,” paparnya.
Belum lagi persoalan lelang jabatan lurah dan camat. Menurut Pardi, kebijakan tersebut justru merusak birokrasi di Jakarta.
“Birokrasi di DKI rusak saat ada lelang jabatan. Saya kuliah di IPDN, pengen jadi lurah, camat, atau wali kota, tapi karena (jabatannya) dilelang, akhirnya enggak jadi. Janji seorang pemimpin harus ditepati,” cetusnya.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, ia pun ragu dengan kualitas kepemimpinan Jokowi. Apalagi, bila maju dalam pemilihan presiden.
”Kalau sudah ada prestasi dan menyelesaikan semua masalah Jakarta baru deh. Ini banjir saja, hujan yang disalahkan. Ujung-ujungnya rakyat Jakarta disalahkan. Jelas sekarang ini rakyat dikhianati. Harusnya Jokowi bertanggung jawab kepada rakyat, bukan parpol,” tutupnya.