RANCAH POST – Desa Qunu terletak di provinsi Eastern Cape, Afrika Selatan,desa itu akan menjadi tempat persinggahan terakhir bagi Nelson Mandela, sang pejuang kemanusiaan. Desa kecil yang hening itu, pada tanggal 15 Desember mendatang, akan dipenuhi tokoh dunia yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada Madiba.
Dalam tradisi Qunu, umumnya pemakaman dilakukan di hari Sabtu. Namun untuk Madiba, mereka akan membuat perkecualian.
Jika melihat dalam peta, Qunu hanyalah sebuah titik kecil yang nyaris tak terlihat. Desa yang terletak 32 km dari Mthatha itu hanya dihuni sedikit orang, 213 jiwa. Luasnya pun hanya 165 hektar. Kendati demikian, Qunu dipastikan akan menjadi tempat beristirahat yang penuh kedamaian bagi Madiba.
Pejuang anti-apartheid itu akan dimakamkan di kaki bukit, dimana angin selalu bertiup dan membuat bunga-bunga berkelopak merah bergoyang. Dari kejauhan, akan terlihat gugusan pantai dan padang hijau yang tak berkesudahan. Tidak ada bangunan tinggi, tidak ada jalanan aspal. Hanya tanah, rumput dan kerikil.
Ketika Johannesburg “merayakan” kematian Madiba dengan nyanyian dan tarian, Qunu hanya diam, berduka.
“Tidak ada yang bisa tersenyum mendengar kabar Nelson Mandela meninggal,” kata Eunice Ndombakaye, 68, warga Qunu yang terlibat dalam persiapan pemakaman Madiba.
“Dalam budaya Qunu, Anda diwajibkan berdiam dan mengucap doa saat seseorang meninggal. Lewat doa, Anda akan mengantarnya menemui para leluhur,” sambung Eunice.
Di Qunu, pemakaman Madiba akan dilakukan dengan ritual Thembu dari suku Xhosa. Ritual tersebut dipercaya akan membawa Madiba lebih dekat dengan para leluhurnya.
Bagi warga Qunu, Madiba adalah pemimpin mereka. Ketika penduduk Qunu berbicara tentang Nelson Mandela, mereka tidak membicarakan tentang seorang ikon atau seorang legenda, melainkan salah satu diantara mereka, tetangga yang punya cita-cita besar dan sukses meraihnya.
“Dia sering datang kemari dan berjalan-jalan di bukit. Dia berbicara dengan orang-orang. Dia adalah bagian dari Qunu,” tambah Eunice, yang menambahkan Madiba biasanya menggelar pesta Natal setiap tahun di rumahnya dan mengundang semua anak-anak di desa. Madiba juga kerap membuka rumahnya dan mengajak seluruh penduduk desa untuk berpesta.
“Hanya sedikit orang di Qunu yang tidak punya momen personal dengan Mandela. Semua mencintainya. Semua mengenangnya di Qunu,” papar Eunice.
Madiba dilahirkan di Mvezo, namun dia dibesarkan di Qunu, dimana dia terbiasa menggembala ternak di bukit. Kenangan akan Qunu juga yang membuat Madiba kuat menjalani hari-harinya di penjara. Madiba pernah menulis, Qunu membuatnya merasa damai. Karenanya, ketika dia dibebaskan dari penjara, Madiba memilih Qunu untuk kembali. Dia membangun sebuah rumah besar dengan tembok merah dan atap terakota, tempat dia beristirahat dan menikmati kedamaian yang telah lama dia perjuangkan. Ke tempat itu jugalah, Madiba akan kembali.