RANCAH POST – Perceraian mungkin akan meninggalkan beberapa luka mendalam bagi setiap orang yang mengalaminya. Namun dampaknya sendiri ternyata bisa lebih dari itu karena dapat menyebabkan masalah kesehatan yang nyata bagi seseorang.
Sebuah penelitian menemukan, mereka yang perkawinannya berakhir dapat menimbulkan risiko kematian yang lebih tinggi. Selain itu, perceraian juga menyebabkan seseorang mengarah kepada penyalahgunaan zat-zat adiktif, depresi dan kurang dukungan sosial.
Para peneliti mencoba merujuk laki-laki yang mengalami perceraian kepada dokter untuk dilakukan terapis. Kemudian mereka mengatakan, banyak pekerjaan yang harus dikerjakan untuk menyelidiki efek merusak dari perceraian terhadap kesehatan.
Lebih lanjut, peneliti di Amerika mengatakan bahwa pria yang bercerai memiliki 39 persen risiko lebih tinggi untuk bunuh diri dibandingkan rekan-rekan mereka yang menikah. Selain itu, menurut para peneliti, sebagian besar dari mereka lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang berisiko buruk terhadap kesehatannya.
Penelitian ini sendiri berpusat pada seorang berusia 45 tahun yang mengalami perceraian. Ia mengunjungi dokter untuk pertama kalinya setelah 10 tahun mengeluh mengalami sulit tidur dan sakit perut terus-menerus. Kemudian, pria tersebut mengungkapkan dirinya minum sampai 6 kaleng bir dalam sehari dan sulit menemui anak-anaknya.
Para peneliti melaporkan kondisi fisik manusia seperti terlihat biasa-biasa saja namun memiliki hati yang sedikit membesar dan menjadi agak kelebihan berat badan. Peneliti mengatakan hal tersebut bukan karena penyakit fisik ringan, namun berlanjut sampai kecemasan dan stres yang berhubungan dengan perceraiannya.
Sementara, Profesor Ridwan Shabsigh dari Cornell University, AS dan International Society of Men Health mengatakan, persepsi populer yang diciptakan budaya dan media adalah pria ditampilkan sebagai sosok yang tangguh, ulet, dan kurang rentan terhadap trauma psikologis dibanding wanita.
“Namun, faktanya adalah pria terpengaruh secara substansial oleh trauma psikologis dan aktivitas kehidupan yang negatif seperti perceraian, kebangkrutan dan kematian. Penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk menyelidiki prevalensi dan dampak dari efek tersebut serta pedoman pengobatannya,”kata Shabsigh, seperti dikutip Dailymail.