RANCAH POST – Pengunduran diri Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia setelah didesak dari beberapa elemen masyarakat 15 tahun yang lalu. Lantas bagaimana perkembangan demokrasi setelah 15 tahun kejatuhan Soeharto?
Berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami peningkatan kualitas. Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak dan berlangsung pada 1 hingga 10 April 2013. Soal teknis pengambilan survei, lanjutnya, yaitu menggunakan cara wawancara tatap muka secara langsung. Sampel diambil dengan teknik probability sampling dengan margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menyangkut pemerintahan Soeharto, 48,2 persen responden menyatakan diktator. Hanya 28,9 persen yang menyebutnya demokratis. Sisanya, 22,9 persen mengaku tidak mengerti, ungkap Direktur Riset SMRC, Djayadi Hanan, pada sebuah diskusi di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2013).
Sedangkan saat diajukan pertanyaan tentang pola kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat ini, kata Djayadi, sebanyak 64,1 persen menilai sebagai pemerintahan SBY demokratis dan hanya 24,5 persen saja yang menganggap SBY seorang diktator.
Mayoritas responden dalam survei kami, memang menginginkan pemerintahan yang demokratis yakni sebesar 75,9 persen. Dan hanya 11,1 persen yang menginginkan dipimpin dengan pola diktator, jelasnya.
Terkait dengan kondisi saat ini, sebanyak 57,7 persen responden menilai, 15 tahun pasca reformasi membuat keadaan bangsa menjadi lebih baik. Yang tidak peduli sebesar 13,1 persen, dan tidak tahu sebesar 19,4 persen. Sedangkan sebanyak 9,9 persen sisanya, menyatakan tidak semua keadaan bisa digunakan pola demokrasi, ucap Djayadi.
1 Komentar
okee…………………….okee…………….. begitu luh